Falisa's Story

freak myself out, cherry blossom girl...

      The Royal Kingdom

      Snowblithe

      The Highest King

      Bara Anggara

      The Sweetest Queen

      Caca Falisa

      Cherry-Wolf

      Blue Red

Tuesday, June 21, 2011

Semai Rindu

Posted by falisa |

Jauh di pucuk dedaun legam, bersemayam rindang telaga pengampunan...

Detak semakin berlari lepas, menantikan pengharapan atas kesetiaan...

Getar jemari berkawan peluh teduh, mempertanyakan kejujuran...

Helai demi helai kenangan terkumpul pasti, merongrong dalam sanjungan...

Pejam semakin mengetarkan detak hati, menyulam serajut imaji bayangan...

Membawa sang fikir menari-nari, hingga terhenti di tapal mestari pebukitan...

Nadi semakin mengikat erat jantung hati...

Setetes mutiara mata mengalir manja, mencari hulu di pipi...

Sang fikir pun masih tak peduli anggun menari, merdu berlagu angin pilu...

Perubahan semu bak rindu, menjamu alunan hikmat nyanyian temaram kalbu...

Perlahan kusandarkan ragaku, pada peristirahatan sendu...


Tuesday, January 25, 2011

Lantunan Senja

Posted by falisa |

Sayup kudengar suara rintih berbisik di kesepian dingin sore basah. Tergetar namamu menyapu peluh penat. Hanya bayangan kalbu menitipkan salam rindu kenyataan insani riang. Sebuah dahaga perlahan menyimpan daun-daun murka menyita perhatian sang saka bayu... Seteguk perih menghalang ranting-ranting patah tak patah. Tak ada sua, hanya diam di keramaian senja meranjau. Menara bergaris menjulang diam menjadi sedikit penghias langit sayu kelabu. Aku sendiri, duduk termangu, membiaskan lantunan satuan semu bisu kaku.

Alunan sepi kembali meniupkan sendu salam semu. Belaian pucuk-pucuk berdebu rindu kemelut merajaui kepingan hati kemerling rancu. Sanjungan memanjakan kerlingan samping selayut watak sesepuh kelu...

Sepi berbisik kepada keramaian dihari bisu, hanya bayangan sinar berbinar mengibar suara kobar semebar....

Hanya sepenggal kisah berawal diakhir, berakhir di awal ketika cerita memulai alkisahnya, ketika alkisah mengakhiri ceritanya... Semu berkata kepada nyata, tentang imaji yang terseret bias pelangi malam. Ketika kelam menenggelamkan malam di ufuk matahari yang bernyanyi padam....

Disini, lorong waktu berkisah tentang cerita lawasnya, mengenai bintang pengamat sebuah perjalanan kembara. Sekotak tersudut berongga indah, tak terbalik di kebusukan jaman, tak usang digerogoti keburukan semampai hati...

Pendar warna kelabu bergelut satuan warna semu, hanya hitam, kelam, terpejam senang. Keributan tawa berlagu buta, menjadikan mati hati semakin tak tertandai...

Perlahan nestapa menampakkan diri diantara beribu burung memekik ragu. Redup bisikan kesah resah terambang pilu. Demimu, tlah dipertaruhkan kebahagiaan, satu pengharapan yang termiliki. Menjadikan karma, semakin terpikat erat pada kenyamanan sang semu ragu dan sendu...

Subscribe