Falisa's Story

freak myself out, cherry blossom girl...

      The Royal Kingdom

      Snowblithe

      The Highest King

      Bara Anggara

      The Sweetest Queen

      Caca Falisa

      Cherry-Wolf

      Blue Red

Monday, November 24, 2008

Titik Es dalam Hati

Posted by falisa |

Di sebuah perusahaan rel kereta api, ada seorang pegawai, bernama Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi dia mempunyai satu kekurangan yaitu, dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya. Dia melihat dunia ini tanpa harapan sama sekali.
Pada suatu hari, para karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka. Semuanya pergi dengan cepat sekali. Tanpa sengaja, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dia betulkan.
Nick berteriak, memukul pintu dengan keras. Namun, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bos mereka. Maka, tidak ada yang mendengarnya. Tangannya sudah merah dan bengkak memukul pintu itu. Suaranya sudah serak akibat berteriak keras. Tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya. Akhirnya, dia duduk di dalam mobil sambil menghelakan nafas panjang.
Semakin dia berfikir, semakin dia merasa takut. Dalam hatinya dia berfikir :
"Dalam mobil pengangkut es, suhunya pasti dibawah 0, kalau tidak segera keluar, pasti akan mati kedinginan". Terpaksa dengan tangan yang gemetar, dia mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, dia menuliskan surat wasiatnya.
Keesokan harinya, semua karyawanpun datang bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk di tolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.
Tetapi yang paling mengagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dibuka, dan dalam mobil itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mengherankan lagi adalah, suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja. Tetapi Nick malah mati "KEDINGINAN".
Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati karena titik es dalam hatinya. Dia sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati. Bagaimana dapat hidup terus..?

Percaya pada diri sendiri adalah sebuah perasaan hati.

Saat ku meninggalkanmu

Posted by falisa |

Jangan Pernah sedih karna kau terlalu mencintaiku,

Jangan pernah sedih karna kau merasa kehilangan aku,

Jangan pernah sedih karna kau tak sanggup melupakan aku,

Maka jangan menangis,
Saat aku meninggalkanmu.

dan ingatlah waktu -waktu terbaik yang pernah kita lalui.

Maka kau akan bangga mengenalku.

Karna aku hanyalah batu pijak bagimu....

Posted by falisa |

Aku menjalani kisah baruku
Memberikan warna-warna biru kembali menyatu..

seseorang yang memenjarakan hatiku,
terbungkam...
Namun,aku tak ingin keluar dari jeratannya.

taukah kamu aku merasakan itu...

Maafkan aku tlah banyak menyakitimu.

Andai kau tahu

Sunday, June 8, 2008

Aku

Posted by falisa |

Aku gag bisa diskripsiin diri aku ndiri...
Tapi setidaknya...
Sekarang ini aku sedang berusaha mencari jati diriku.
aku mencoba memilih duniaku yang baru untuk kujadikan lahan pencarian jati diriku.
Tiap detikku terselip rasa syukurku atas hadirnya duniaku.
Dia yang menghidupkanku.Dan aku Berserah pada-Nya dengan apa yang dipasrahkan padaku.

Dalam duniaku,aku kan tersenyum aku kan melihat apapun yang terjadi dengan segi yang positif.
Karna di dalamnya aku yakin Allah menyimpan berjuta rahasia yang tidak kita ketahui sebelumnya.

Maka,aku selalu tersenyum pada dunia... Membuka pikiran...hingga aku menemukan dunia baru yang tak pernah kulihat sebelumnya...

Thursday, May 15, 2008

BIRU

Posted by falisa |

Kala itu biru membawa hari2ku penuh dengan cinta dan kasih sayang yang begitu mendalam. aku dan biruku bagai satu instuisi yang tak pernah dapat dipisahkan. Dalam masa masa ini aku menebarkan rasa kasih dan setiaku hanya pada seseorang yang benar-benar aku miliki...Aku dalam masa ini bagai memiliki pagar pagar kesetiaan yang membuat aku bahagia di dalamnya. Aku kehilangan biruku...Bahagia dalam tangis,,, menepikan semua rasa setiaku. dia yang menghancurkan biruku.menghancurkan pagar-pagar kesetiaanku. Tak sadarkah ia telah menyakitiku dengan amat sangat?Aku benr-benar bahagia dalam tangis perih dan luka. Dia yang menghancurkannya, tak sadarkah ia? Hanya memainkan cintanya padaku dengan kata kata lembutnya? Aku kehilangan masa biruku. Aku tak mengenal cinta, bahkan kesetiaan? Aku hanya mengenal permainan. Dan aku menyadari bahwa tak ada yang benar di dunia ini. aku hanya tersungkur di sudut sepiku, melihat bayang bayang biru yang semakin menjauh dalam kehidupan nyataku... kapankah biru kembali? Namun aku tak mengaharapmu biru, aku bahagia dengan duniaku yang sekarang. Dunia permainan. Dunia yang aku jalani tanpa sadarkan diri. Aku tersakiti olehnya, kembali... Mengapa aku serasa tak punya nurani,lagi? Sudah matikah rasaku ini? Hingga tak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tak seharusnya aku lakukan? Benarkah aku tak mampu jatuh cinta? Mengapa tiba-tiba aku menginginkan masa-masa biru kembali hadir di dalamku? Padahala kau sudah terlalu jauh meninggalkan biru di masa itu. Dan sekalipun aku tak pernah ingin biru kembali padaku. Namun, mengapa aku benar-benar menginginkan biru kembali saat ini.? Namun,,, dimana biru yang kucari. terlalu jauh aku meninggalkannya. Bahkan mungkin aku tak akan dapat menemukannya. BIRU.....!!! Biru, aku rindukanmu biru. Aku benar-benar merindukanmu.Namun, aku tlah memasuki dunia lain dalam hidupku.Biru,dapatkah aku mengulang masa masa itu? Biru...Hadirlah kembali biru... Kembalikan setiaku. Kembalikan ketulusan kasihku biru... Aku rindu... Biru, ada seseorang yang datang padaku. Aku merasa dia yang membawamu kembali biru. Aku dapat merasakan lagi bagaimana rasanya sakit hati. Bagaimana rasanya mencintai. Dan bagaimana rasanya menjaga perasaan dan kesetiaan. Dia hari,biru... Dan kini kau kembali. Aku takkan pernah ingin kehilanganmu lagi, biru... Begitu pula aku takkan pernah ingin kehilangannya. Dan aku akan menggunakan semua masa biruku ini dengan keikhlasan hatiku, biru. Dan taukah dia, bahwa dia yang membawaku kembali padamu, biru baraku.

Subscribe